Irigasi curah (sprinkler irrigation) adalah
pemberian air irigasi dengan cara menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya
di sekitar tanaman seperti hujan. sistem irigasi ini pemakaiannya sangat luas,
untuk berbagai jenih tanah dan pada topografi dan kemiringan yang berbeda,
maupun pada berbagai jenis tanaman.
Sistem irigasi sprinkler mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
Komponen sistem irigasi sprinkler terdiri:
1. Unit pompa, digunakan untuk mengambil air dari sumber air irigasi disamping menyediakan tekanan yang cukup untuk mengalirkan air ke jaringan pipa.
2. Pipa utama (mainline) dan pipa sub-utama (submainline), pipa yang berfungsi mengalirkan air dari pompa ke pipa lateral. Pada beberapa contoh pipa ini ditempatkan secara permanen baik di permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah, namun ada juga yang dapat dipindahkan (portabel). Bahan pipa yang dapat digunakan besi, galvanis, semen, PVC, maupun aluminium alloy.
3. Pipa lateral, mengalirkan air dari pipa utama atau sub-utama ke sprinkler, penempatanya bisa permanen maupun portabel. Bahan pipa yang dapat digunakan besi, galvanis, semen, PVC, maupun aluminium alloy.
4. Sprinkler, alat untuk menyemprotkan air.
5. Komponen lainnya: saringan, katub pengontrol aliran, katub sadap, katub pengaman, tangki injeksi.
5. Komponen lainnya: saringan, katub pengontrol aliran, katub sadap, katub pengaman, tangki injeksi.
Gambar 1. Komponen utama dan layout sistem irigasi sprinkler |
Sistem irigasi sprinkler mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
1. dapat menyesuaikan pada berbagai bentuk
topografi lahan, maupun jenis tekstur tanah.
2. dapat
digunakan untuk mencegah pembekuan tanaman
3. jumlah
tenaga kerja dalam sistem irigasi dapat dikurangi
4. dapat
digunakan untuk tujuan khusus seperti kontrol/memodifikasi kondisi cuaca
ekstrim
5.
mempunyai efisiensi yang tinggi dalam penyimpanan air
6.
pemupukun, pemberantasan hama menggunakan pestisda dan amandemen tanah dapat
dilakukan bersamaan irigasi pada sistem sprinkler sehingga lebih ekonomis dan
efektif.
Kerugian
sistem irigasi sprinkler diantaranya:
1. dibandingkan
dengan irigasi permukaan, sistem irigasi sprinkler membutuhkan biaya investasi
yang tinggi.
2.
kualitas air akan mempengaruhi kualitas produk tanaman maupun sistem irigasi
itu sendiri, misal air yang bersifat asam akan menimbulkan korosi pada bagian
sistem irigasi yang terbuat dari besi.
3. sistem
irigasi tidak cocok pada lahan dengan laju infiltrasi kurang dar 3 mm/jam
4. sistem
irigasi sangat dipengaruhi oleh angin dan kondisi yang sangat kering akan
menyebabkan nilai efisensinya rendah.
5. selain
bentuk lahan bujur sangkar, tidak cocok untuk sistem irigasi sprinkler,
terutama sprinkler otomatis.
Kinerja sistem irigasi sprinkler dapat dinyatakan dalam lima parameter, yaitu debit sprinkler (sprinkler discharge), jarak pancaran (distance of trhrow), pola sebaran air (distribution pattern), harga pemberian air (application rate), dan ukuran rintik air (droplet size). Keseragaman distribusi merupakan komponen penting dalam penilaian kinerja sistem irigasi di lahan. Keseragaman distribusi yang tinggi sangat dibutuhkan untuk memperoleh efisiensi yang tinggi.
Efisiensi aplikasi irigasi terdiri dari dua elemen, yaitu kehilangan air dan keseragaman aplikasi. Pada saat kehilangan air tinggi, atau keseragaman aplikasi rendah, maka akan menghasilkan efisiensi yang rendah. Faktor kehilangan dalam irigasi sprinkler adalah evaporasi dari titik air dan permukaan tanah yang basah, transpirasi dari tanaman penganggu, kehilangan air karena tiupan angin, maupun tidak terdapatnya border.
Koefisien
Keseragaman (CU)
Efisiensi distribusi adalah ukuran
ketidakmerataan aplikasi dan biasanya digunakan istilah keseragaman/koefisien
keseragaman yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap efisiensi aplikasi.
keseragaman irigasi secara aktual dapat diartikan variasi, ketidakseragaman
dalam jumlah air yang diaplikasikan pada lokasi di dalam area irigasi.
Penelitian awal terhadap keseragaman sistem irigasi sprinkler dilakukan oleh
Christiansen tahun 1942, sehingga sampai sekarang persamaan tersebut dikenal dengan Christiansen Coefficient Uniformity (CU).
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa nilai CU yang rendah
merupakan indikator kegagalan dalam mengkombinasikan faktor-faktor diantaranya
ukuran nozzle, tekanan sprinkler dan jarak peletakan (spacing) sprinkler.
Selain itu kharakteristik sprinkler (jumlah dan bentuk nozzle, sudut lemparan),
ukuran nozzle, tekanan sangat mempengaruhi kinerja dari sprinkler.
Koefisien keseragaman Christiansen merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengukur keseragaman aplikasi irigasi. CU mengukur deviasi rata-rata dari nilai rerata kedalaman aplikasi. Berikut adalah tabel nilai koefisien keseragaman (CU) dan klasifikasinya.
Beberapa keadaan di bawah ini penting untuk menginterpretasikan
nilai koefisien CU, diantaranya:
1. nilai
deviasi atau selisih tebal air antara pengukuran dengan rerata total merupakan
representasi besaran nilai berlebih atau kurangnya tebal air yang diaplikasikan dan bukan menyatakan nilai surplus atau defisit air
irigasi.
Air yang sedikit akan menimbulkan tegangan lengas tanah yang tinggi, tanaman menjadi stres, dan pada akhirnya akan mengurangi produksi. sedangkan air yang berlebih akan mengurangi produksi tanaman melalui pencucian unsur hara, kondisi anaerob daerah perakaran, munculnya penyakit dan menghambat pertumbuhan tanaman.
Air yang sedikit akan menimbulkan tegangan lengas tanah yang tinggi, tanaman menjadi stres, dan pada akhirnya akan mengurangi produksi. sedangkan air yang berlebih akan mengurangi produksi tanaman melalui pencucian unsur hara, kondisi anaerob daerah perakaran, munculnya penyakit dan menghambat pertumbuhan tanaman.
2. nilai
CU mengindikasikan, sejauh mana keseragaman aplikasi tebal air irigasi, dan
tidak memberikan indikasi kekurangan-kekurangan tertentu pada lahan
tersebut.
Nilai koefisen keseragaman (CU) 100 % hampir
mustahil diperoleh, yang berarti aplikasi
sprinkler tanpa ada hambatan dan tanpa faktor pembatas lingkungan. Nilai CU dibawah
60 % biasanya disebabkan oleh aplikasi sprinkler pada lahan yang mempunyai
topografi berombak, nozel yang sudah aus maupun tersumbat, dan atau aplikasi
sprinkler pada kondisi yang berangin. Nilai koefisien CU yang direkomendasikan
sangat bergantung pada jenis tanaman dengan sistem perakaran yang berbeda.
Jenis tanaman yang mempunyai perakaran dalam seperti jagung, kapas, bit,
direkomendasikan nilai CU antara 75 - 83 %. Nilai minimal koefisien CU untuk
jenis tanaman dengan sistem perakaran dangkal, seperti sayuran adalah 85 %.
Apabila aplikasi pupuk kimia yang dibarengkan dengan irigasi sprinkler, maka
disarankan nilai minimum koefisien CU sebesar 80 %.
Keseragaman Distribusi (DU)
Keseragaman distribusi didefinisikan sebagai
rasio antara akumulasi kedalaman terkecil dengan rerata kedalaman pada
keseluruhan distribusi. Distribusi ini juga disebut distribusi keseragaman
quarter terendah dan biasanya digunakan sebagai ukuran keseragaman distribusi
sistem irigasi permukaan.
Kekurangan penggunaan nilai keseragaman DU adalah tidak bisa
menunjukkan berapa besar tingkat keringnya pada titik di lokasi area irigasi.
Persamaan untuk menghitung keseragaman distribusi adalah:
Nilai keseragaman distribusi (DU) merupakan fungsi dari P = tekanan sprinkler, DP = variasi tekanan sprinkler, S = jarak spasi penempatan sprinkler, dn = diameter nozel, WDP = pola distribusi air, dan WS = kecepatan angin saat aplikasi sprinkler, faktor-faktor tersebut dapat dituliskan DU = f(P, DP, S, dn, WDP, WS).
Nilai DU 100% dapat diartikan bahwa setiap
tanaman akan menerima jumlah air yang sama dalam area sistem irigasi tersebut. Nilai
koefisien keseragaman yang tinggi dapat diperoleh dengan cara mendesain sistem
irigasi yang baik, tentu saja hal ini akan menimbulkan biaya yang tinggi,
sehingga harus mempertimbangkan antara nilai DU yang tinggi dengan
keuntungan ekonomisnya.
Hubungan antara nilai CU dan DU
Pada data yang sama, nilai DU akan lebih
rendah dari CU. Nilai CU > 70 % diasumsikan tebal air yang diterima oleh
permukaan lahan cenderung mengikuti distribusi normal. Karena bentuk kurva
distribusi normal adalah simeteris terhadap nilai rata-rata, maka pada keadaan
tersebut, jika rata-rata tebal aplikasi adalah ยต, dan sama dengan tebal
air irigasi yang dibutuhkan tanaman d, maka 50 % area irigasi akan
menerima sejumlah air yang kurang, sedangkan 50 % sisanya akan menerima air
yang berlebih atau memperoleh irigasi yang cukup. Sehingga nilai CU tersebut
dapat dituliskan:
Sehingga hubungan antara koefisien Cu dan DU dapat disederhanakan menjadi:
contoh analisa kinerja sprinkler:
ini cara ngitungnya gimana pak ?
BalasHapus