Suatu sistem yang terdiri dari bahan kimia tunggal
bisa juga bersifat fase tunggal jika sifat fisik sistem seragam, sistem ini
disebut homogen. Contoh badan air yang seluruhnya mengandung es. Suatu sistem
yang tersusun dari bahan kimia tunggal, juga dapat bersifat heterogen jika
bahan tersebut menampakkan sifat-sifat berbeda pada tempat berbeda dalam sistem
tersebut. Suatu tempat dalam dalam sistem secara fisik disebut fase.
Suatu sistem yang terdiri dari beberapa bahan
bisa juga bersifat fase tunggal, contoh larutan garam dan air adalah cairan
homogen. Sistem yang tersusun dari beberapa bahan bisa juga bersifat heterogen.
Tidak hanya berbeda antara fase satu dengan yang lainnya, namun juga antara
bagian-bagian dalam tiap fase dan batasan antar fase dengan sekelilingnya. Pertemuan
antar fase ini penting dalam menjelaskan kejadian absorbsi, tegangan permukaan,
gesekan yang semuanya bergantung pada luas pertemuan antar fase per satuan
volume.
Tanah adalah sistem yang heterogen, berfase
banyak, rumit, bersifat dispersi, sarang, karena luas pertemuan antar fase per
satuan volume sangat besar. Kondisi dispersi dari tanah dan kegiatan antar fase
akan menghasilkan peristiwa seperti adsorbsi air dan bahan kimia, pertukaran
ion, adhesi, pengembangan dan pengkerutan, dispersi dan penggumpalan, serta
kapilaritas.
Tiga fase yang umum terdapat dalam tanah
yaitu fase padat berupa matriks tanah, fase cair berupa air tanah yang selalu
mengandung bahan-bahan terlarut, sehingga disebut larutan tanah, dan fase gas yaitu
atmosfer tanah. Matriks padat tanah terdiri dari partikel-partikel dengan
komposisi kimia, meneralogi, ukuran, bentuk dan orientasi yang berbeda. Gambar
berikut menunjukkan komposisi volume tanah dengan tekstur sedang, pada kondisi
dianggap optimum untuk pertumbuhan tanaman.
Hubungan Volume dan Massa Penyusun
Tanah
Hubungan volume
dan massa penyusun tanah dapat digunakan dalam mendifinisikan
parameter-parameter dasar yang sangat berguna dalam mencirikan kondisi fisik
suatu tanah. Gambar di bawah merupakan skematis dari tanah yang menunjukkan
hubungan tersebut. Massa ditunjukkan sebelah kanan, yang terdiri dari massa udara Ma,
dimana mendekati 0 apabila dibandingkan dengan massa padatan Ms, sedangkan
massa air yaitu Mw. Volume dari komponen yang sama ditunjukkan pada
sisi kiri, yaitu volume udara Va, volume air Vw, dan
volume padatan Vs.
Kerapatan jenis tanah (ρs)
Pada tanah
mineral, kerapatan jenis rata-rata adalah 2,6 – 2,7 gr/cm3. Terdapatnya
oksida besi dan mineral berat dalam tanah akan menigkatkan kerapatan jenis
rata-rata, sedangkan bahan organik akan memperkecil nilai rata-rata ρs.
Kerapatan massa kering/isi (ρb)
Kerapatan isi menyatakan perbandingan massa tanah kering terhadap volume total tanah. Maka kerapatan isi selalu lebih kecil dibandingkan kerapatan jenis. Jika pori-pori menempati setengah dari volume tanah, maka kerapatan isi setengahnya kerapatan jenis, yaitu 1,3 – 1,35 gr/cm3. Pada tanah pasir, bisa mempunyai nilai kerapatan isi 1,6 gr/cm3 pada tanah agregat lempung dan tanah liat 1,1 gr/cm3. Berdasarkan skema diatas, maka nilai kerapatan isi adalah:
Porositas (f)
Porositas adalah indeks volume relatif pori-pori dalam tanah. Nilai porositas berkisar antara 0,3 – 0,6 atau 30 – 60 %. Tanah bertekstur kasar cenderung mempunyai porositas yang lebih kecil dibandingkan dangan tanah bertekstur halus.
Perbandingan pori (e)
Perbandingan pori
merupakan rasio antara volume pori dengan volume massa tanah. Perbandingan pori
lebih banyak digunakan pada bidang teknik tanah dan mekanika tanah, sedangkan
porositas sering digunakan pada kajian fisika tanah bidang pertanian. Nilai perbandingan
pori (e) beragam antara 0.3 – 2.0.
Kandungan lengas tanah
a.
Kandungan lengas persen berat (w)
Indeks ini merupakan massa air relatif terhadap massa partikel
tanah kering, sering disebut sebagai kandungan air gravimetrik. Istilah tanah
kering adalah tanah yang dikeringkan oven sampai mencapai kesetimbangan, pada suhu
105 oC. Tanah kering udara masih lebih banyak mengandung air dibandingkan tanah
kering oven, hal ini disebabkan oelh penyerapan uap yang disebut sabagai daya
higrokospis. Pada tanah liat kandungan lengas jenuh bisa mencapai 25 – 60 %
yang bergantung pada kerapatan isi. Kandungan lengas jenuh pada tanah liat jauh
lebih tinggi bila dibandingkan pada tanah pasiran.
b.
Kandungan lengas persen volume (θ)
Kandungan lengas volume sering diistilahkan dengan dengan
kandungan lengas volumetrik yang dihitung berdasarkan volume tanah total. Pada tanah
pasir, nilai θ antara 40 – 50 %, pada tanah bertekstur sedang mendekati 50 %, dan
pada tanah liat bisa mencapai 60 %. Penggunaan indeks ini lebih bermanfaat
dibandingkan kandungan lengas gravimetrik terutama berkaitan dengan jumlah air
yang ditambahkan melalui irigasi, hujan dan dapat menyatakan besarnya air yang
berkurang karena evapotranspirasi dan drainase.
c.
Tebal air (dw)
Selain itu nilai θ juga dapat digunakan untuk menyatakan kedalaman/tebal air (dw)
per satuan kedalaman tanah. Tebal air merupakan hasil perkalian antara kadar lengas volumetrik
dengan tinggi atau kedalaman total yang dapat diperoleh dari perbandingan
volume total dengan luas permukaan.
Derajad Kejenuhan (s)
Porositas terisi udara (fraksi kandungan udara, fa)
Indeks ini
mengukur kandungan relatif udara dari tanah dan merupakan kriteria yang penting
terhadap aerasi tanah. Indeks ini berhubungan secara negatif terhadap derajad
kejenuhan, s ( fa = f – s).
Sebagai latihan tentukan hubungan beberapa parameter dasar berikut ini:
1. porositas (f) dengan perbandingan pori (e)
2. porositas (f) dengan kerapatan massa isi (ρb)
3. derajad kejenuhan (s) dengan kandungan lengas volumetrik (θ)
4. kandungan lengas gravimetrik (w) dengan kandungan lengas volumetrik (θ)
5. porositas terisi udara ( fa) dengan dengan kandungan lengas volumetrik (θ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar